Tuesday, November 27, 2012

BERSYUKUR DAN BERHARAP Kenangan 60 Tahun Imamat P. Alex Beding, SVD

Add caption

Ini adalah sebuah buku kenangan sebagai hadiah kepada sang Yubilaris. Buku ini ditulis oleh beberapa penulis terkenal temasuk Dr. Paul Budi Kleden, SVD, P. Hendrik Dori Wuwur, SVD dan P.  Bernardus Boli Ujan, SVD dan sebagai editor adalah P. Steph Tupeng Witin, SVD ( redaktur pelaksana Harian Umum Flores Pos). Buku ini menjadi bermutu bukan hanya kerena ditulis beberapa penulis terkenal tetapi juga menarik karena  Pertama, Pater Alex Beding, SVD adalah imam pertama di Lembata. Ia berasal dari Paroki Lamalera, paroki tertua di Lembata. Tahun 2011 yang lalu,  Paroki Lamalera merayakan 125 tahun. Paroki Lamalera telah menjadi lahan subur  persemaian bibit unggul para calon imam, Bruder dan suster. Kini tercatat 37 imam termasuk saya dan 133 biarawan biarawati.  Kedua,  bahwa jarang orang  merayakan perayaan  intan dalam kehidupan imamatnya. Ketiga, secara pribadi bangga karena Pater Alex sebagai putra  sulung terbaik telah berjalan di depan kami, beliau menjadi cahaya sehingga kami yang berjalan di belakang melihat cahaya itu.  Setiap kali saya ke Lamalera selalu menyempatkan diri ke rumah pater Alex. Di diding rumah sepi itu terpapang foto-foto tua seluruh keluarga. Ada juga Sr. Bene, Ssps, suster nene yang telah membuat Kasula saya ketika saya ditahbiskan menjadi imam Pasionis di Malang.  Rumah itu sepi tetapi tetap menyimpan aroma kesucian sehingga dalam benak saya rumah ini layak dijadikan rumah doa.

Buku  ini diberi judul “BERSYUKUR DAN BERHARAP”  sesuai dengan semangat sang Yubilaris “In Verbo Tuo”. Keluarga Besar SVD juga pantas bersyukur dan Berharap kepada Tuhan atas anugerah besar yang telah diturunkanNya melalui pater Alex.
Dengan membaca keseluruhan buku ini, tidak semata-mata ungkapan syukur dan dan pengharapan melainkan sebuah cambuk buat imam-imam muda termasuk saya.

11.  Inilah identitas kita sebagai orang Lamalera, di sini kita Lahir dan bertumbuh. Kita hidup di antara    
      bebatuan tetapi benih itu tidak jatuh di atas batu melainkan di antara cel-cela batu. Betapa sulitnya    
    bertumbuh dan berkembang seolah-olah alam begitu kikir dengan kehidupan umat Paroki Lamalera seperti yang gambarkan oleh pater Steph Tupeng Witin.  Identitas kita adalah sebuah pilihan dasar senantiasa dihidupi para imam. Ketika berhadapan dengan arus globalisasi termasuk gaya hidup konsumerisme, hedonisme, sekularisme, pater Alex mengingatkan bahwa identitas kita sebagai pilihan dasar untuk hidup bersahaja adalah sebuah cambuk untuk mendidik para imam muda agar tidak jatuh dalam gaya hidup di atas.
22.  P. Alex Beding, SVD menjadi   “Alter Christus”, Kristus yang lain. Ini diuraikan pater Hendrik Dori Wuwur, SVD. Menjadi alter Christus harus ditunjukkan dalam kehidupan keseharian seorang imam. Bahwa Imam juga harus setia berlutut di altar, menjalin relasi yang intim dengan Tuhan melalui doa-doa. Imam adalah seorang pendoa. Uraian ini menjadi sebuah cambuk bagi seorang imam yang menghabiskan waktunya di jalan. P. Bernadus Boli Ujan, SVD mengingatkan kita bahwa Liturgi Gereja dan liturgi kehidupan menjadi penting. Keduanya berjalan bersama-sama. Terkadang memilih salah satu maka kita akan jatuh ke dalam seorang imam kultus dan lupa dengan hiruk pikuk kehidupan di sekitar dan sebaliknya imam bersemangat di lapangan akan lupa bahwa dia adalah Alter Christus.
33.  Pater Ignas L.  Kobun, SVD melihat perkembangan panggilan zaman sekarang di Lembata akhir-akhir ini semakin menurun. Tulisan Pater Ignas sangat menyentuh umat Lembata agar perlu keteladanan dalam keluarga sebagai seminari dasar untuk menambah jumlah panggilan imamat. Umat Lembata perlu berdoa untuk panggilan suci ini.
44.  Pater Dr. Paul Budi  Kleden, SVD lebih menekankan ciri karya misi SVD sesuai maksud sang Pendiri St. Arnoldus. Karya Misi ini telah dikerjakan dengan baik oleh Pater Alex. Estafet karya misi SVD dalam bidang publikasi berjalan dengan sempurna di tanah Flores sampai sekarang.
55.  Pater Otto Gusti, SVD menulis dari sisi Keterlibatan sosial bahwa seorang imam harus Compassio dengan umat sekitar. Kita tahu bahwa masyarakat Lembata sejak dulu hidup menderita. Sulit memang menguraikan Teodisea yakni kebaikan Allah dalam hubungannya dengan penderitaan. Akan tetapi Kristus  sebagai Allah,  datang dan Compassio dengan manusia di bumi ini menjadi tolak ukur bahwa Allah kita juga menderita dan mati.
66.  Akhirnya Pater Alex sendiri menabuh dua gendang kemelut di Lembata yaitu  Pemerintah melawan Rakyat seputar rencana pertambangan emas dan Pembunuhan bapak Yohakim Langoday. Tulisan pater Alex menyentuh hati setiap orang di kemudian hari. Para klerus Lembata bahkan bapak uskup  Larantuka mungkin tersentak membaca buku ini. Ini adalah sebuah cambuk keras buat para klerus. Buku ini ditutup dengan uraian perjuangan  JPIC SVD oleh Pater Eman J. Embu, SVD sekitar alasan penolakan tambang di Lembata.
Buku “BERSYUKUR DAN BERHARAP” kenangan 60 Tahun Imamat P. Alex Beding, SVD penting dibaca siapun khususnya para imam. Terimakasih kepada pater Alex. Tuhan memberi banyak dan banyak juga pater kembalikan kepada Tuhan.   Juga saya  berterimakasih kepada Kongregasi SVD yang telah bekerja tanpa lelah di Tanah Lembata, menaburkan benih panggilan karena saya juga dididik oleh pater2 SVD. Meskipun kita berbeda Kongregasi tetapi kita semua adalah anak tanah yang sama yaitu anak  tanah Lembata wajib bersyukur atas perayaan 60 tahun pater Alex.

P. Patrisius Dua Witin, CP

1 komentar:

tulisan yg sangat menggugah, di tengah2 krisis imam yg seolah tengah mengancam keberlanjutan gereja kita,dgn membaca buku ini, semoga makin banyak benih2 panggilan yg tumbuh subur di tengah kaum muda kita, salam & doa.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites