Saturday, September 6, 2014

BAHAN BKSN 2014 MINGGU KEDUA PAROKI BEDUAI


MINGGU II:  BULAN KITAB SUCI NASIONAL (BKSN)
TEMA: IBADAH KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH IMAN
BACAAN UTAMA, KELUARAN 6:20-25

Oleh: P. Patrisius Dua Witin, CP


A.    Mengenal Teks  Sesuai dengan Konteks

Keluaran, 6:20-25 merupakan sebagian dari kumpulan kotbah, wejangan Musa kepada orang Israel sebelum beliau meninggal dunia. Mungkin saja kotbahnya ini merupakan pesan terakhir kepada umat Israel. Kotbah Musa terutama  ditujukan kepada orang tua sebagai orang yang  layak menjadi guru dalam keluarga. Orang tua  harus tahu menjawab pertanyaan anak di kemudian hari (bdk, Kel, 6:20-21). Oleh Karena itu, orang tua harus tahu sejarah perjalanan nenek moyang mereka ketika diselamatkan oleh TUHAN.
Apa sesungguhnya isi pesan Musa yang paling mendasar? Kita coba menengok sedikit ke belakang terutama Keluaran Bab 5. Di sana bab ini berisikan kesepuluh Perintah Allah. Dekalog merupakan produk negosiasi Tuhan dengan Musa di atas gunung Sinai dalam 2 loh batu merupakan warisan hukum sakral sampai hari ini. Selanjutnya pada Keluaran Bab 6 di sana terdapat Hukum kasih menjadi perintah yang paling utama dari hukun dekalog adalah Kasihilah TUHAN Allahmu dengan segenap hatimu,  dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu (Kel, 6:5). Kemudian hari perintah yang sama di genapi oleh Yesus dalam kotbahNya di Bukit yakni tidak hanya Tuhan melainkan juga mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri. Dekalog tidak direvisi melainkan menggenapinya sehingga menjadi lebih sempurna (bdk. Mat, 5:17-48).  Perintah Agung Tuhan ini hendaknya disampaikan kepada anak ketika sedang duduk  di rumah, apabila dalam perjalanan, apabila sedang berbaring, dan apabila engkau sedang bangun (bdk. Kel, 6:7).  Ini mau menunjukan bahwa betapa penting perintahnya sehingga perlu disampaikan kepada anak-anak tanpa membedakan ruang dan waktu.
Ayat 22-23  Nasihat agar orang Israel senantiasa mengingat akan karya ajaib yang  teah dilakukan oleh TUHAN kepada nenek moyang mereka selama perjalanan mereka menuju tanah terjanji. Perjalanan keluar dari perbudakan di Mesir menuju tanah Kanaan (tanah yang dijanjikan TUHAN) merupakan peristiwa sejarah yang tak pernah dilupakan. Paskah Yahudi (sampai hari ini) masih dilaksanakan dalam keluarga. Sebelum makan paska Yahudi, bapak keluarga wajib menceritakan kembali kisah perbudakan di Mesir kepada semua anggota Keluarga. Bapa Keluarga adalah guru dalam mengajarkan kebaikan TUHAN dalam peristiwa hidup mereka.
Ayat 24-25 seperti satu kesimpulan sebagai peneguhan bahwa orang melaksanakan perintah TUHAN menjadi oyang yang baik dan benar di hadapan TUHAN. Takut akan Tuhan menandakan bahwa mereka adalah orang beriman.


B.    Tafsir

Tujuan utama teks  Keluaran 6:20-25 untuk melanggengkan perintah Agung TUHAN kepada semua generasi Israel. Jadi bukan hanya generasi orang Israel pada saat itu melainkan secara turun temurun sampai selamanya (Wycliffe: Kyle M. Yates, Sr. TH.D., Ph.D.; Philip C. Johnson, Th.D.; dll) Hukum Allah  mengandung berkat yang begitu indah datang dari TUHAN. Dengan demikian orang akan memproleh jalan yang benar di hadapan Allah. Jadi stressingnya ada pada prilaku yang benar di hadapan Allah dengan mentaati hukun agunTuhan ( Harrison-David Cox, Bible Commentary).  Kebijaksanaan Allah terhadap orang Israel begantung pada ketaatan mereka pada perjanjian Sinai. Dekalog merupakan harta karun dalam perjian TUHAN dengan umatNya (NIV: New International Version).
Barangkali tiga hal pokok ini kita timba sebagai  bahan pokok permenungan kita yaitu:
1.     Usaha Untuk melanggengkan perintah Agung Tuhan secara turun temurun.
2.     Prilaku yang benar di hadapan Tuhan dengan melaksanakan perintah Agung untuk memperoleh berkat dan kemuliaan.
3.     Pemulihan hubungan dengan TUHAN hanya bisa dilaksanakan dengan melakukan perintah agung TUHAN sebagai harta karun.


C.    Refleksi Teologis

Orang tua adalah guru pertama, memperkenalkan hukum Cinta Kasih Tuhan kepada anak-anaknya. Orang tua bertugas untuk memperkenalkan  kebaikan Tuhan dalam Alkitab. Ini merupakan konsekwensi perjanjian ketika menerima Sakramen Perkawinan yakni bersedia menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada merek. Mereka berjanji untuk bersedia mendidik anak-anak mereka sesuai dengan ajran Katolik.  Tanggung jawab moral ada pada orang tua ketika mereka lalai menjalankan tugas yang diberikan Tuhan kepada mereka. Orang tua tidak memerlukan kurikulum untuk mendidik anak-anak secara Katolik. Mereka adalah panutan/ teladan bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak perlu memerintahkan anak-anaknya pergi ke gereja pada Hari Minggu melainkan mengajak anak-anak ke gereja pada hari Minggu bersama-sama.
            Dunia sekular telah dan sedang menggerogoti manusia zaman ini yang di tandai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi. Hal ini membuat manusia lupa akan dirinya sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu, pendidikan karakter anak akan memiliki nilai jual yang sangat penting di abad ini. Nilai-nilai Kristiani senantiasa di semaikan dalam diri anak-anak agar tumbuh dan berkembang  agar menjadi manusia masa depan yang baik.
            Orang yang mentaati Firman Tuhan dan melaksanakan nilai-nilai Kristiani akan memperoleh berkat dari Tuhan.  Mereka tidak akan kehilangan harta karun yang datang dari Tuhan. Masih ada waktu untuk memulihkan hubungan kita dengan Tuhan jika kita melupakan bahkan melanggar  perintah agung Tuhan.  Jangan takut karena Cinta Kasih Tuhan jauh melampaui kesalahan manusia.


D.    Refleksi dalam Konteks Tradisi Dayak Kalbar

Aturan hukum apapun bentuknya adalah baik untuk mengatur prilaku, moral hidup manusia. Orang Dayak Kalbar memiliki hukum adat yang diakui oleh pemerintah. Oleh karena itu, mereka memiliki struktur dewan adat dari propinsi sampai ke daerah untuk melanggengkan aturan hukum adat dayak Kalbar. Ada istilah adat dayak di Sanggau “mudip beradat Kenasih Tompa”.  Artinya orang melaksanakan adat dengan baik akan dikasih Tuhan (Tompa), diberi rejeki dari Tuhan (Tompa).
Warisan hukum ini senantiasa diceritakan oleh orang tua secara turun temurun. Aturan hukum adat tidak hanya untuk dipakai untuk menjatukan hukum kepada siapapun yang besalah. Yang lebih penting dari itu adalah tradisi sastra lisan dalam hubungan dengan kehidupan bersama. Salah satu contoh yang mungkin dapat mempejelas hal ini adalah pesan orang tua kepada anak di daerah Randau, kabupaten Ketapang. “Tula manuk busung kompus”, artinya anak yang tidak menghormati orang tuanya akan kena tulah, tidak mendapat  berkat meiankan penderitaan yang diterimanya dalam hidup.  Tula manuk busung kompus” parlel dengan perintah Allah keempat dalam dekalog, “hormatilah ibu bapamu”. Pesan-pesan dalam sastra lisan seperti ini seharusnya diceritakan oleh orang tua secara turun temurun. Siapakah lagi yang akan menjadi guru dalam keluarga kalau bukan orang tua. Peran orang  sangat penting untuk melanggengkan tradisi lisan.

E.    Refleksi dalam Tradisi orang Lamaholot

Orang Lamaholot punya tradisi “tutu mari usu asa, tutu koda, koda knalan”. Tradisi menceritakan kembali asal usul kepada semua generasi agar mereka tahu sejarah asal usul nenek moyang mereka. Ini merupakan kewajiban orang tua untuk menceritakannya kepada anak cucu. Warisan tradisi ini dipertahankan sampai hari ini. Asal usul perjuangan demi perjuangan dalam bermigrasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Orang Lamaholot memiliki sejarah ini meskipun tidak diceritakan tentang keselamatan yang peroleh lewat tangan Tuhan. Mereka tidak mungkin selamat melalui laut merah tetapi bahwa mereka termasuk orang yang selamat melewati lautan luas dari pulau Seram menuju Lembata. Peristiwa ini mungkin lebih heroik ketimbang peristiwa laut merah. Leluhur orang Lembata tidak mengalami manna dan burung puyu dari surga seperti pengalaman orang Israel tetapi mereka selamat dalam bermigrasi adalah sebuah keajiban.
            Budaya tutu mari usu asa, koda knalan hampir punah. Contohnya bahwa tukan oreng dalam atian sole oa dan dolo-dolo hampir tidak ditemukan lagi. Masyarakat modern akan memakai dolo modern untuk menari sole oa an dolo-dolo. Menarik bahwa syair-syair koda knalan masih dipakai  dlam lagu dolo-dolo modern.
            Baik orang Dayak maupun orang Lamaholot memiliki tradisi ini. Orang tua punya peran penting untuk menanamkan nilai nilai budaya dan nilai-nilai Kristiani kepada anak-anak. Tugas ini penting dan mulia karena akan mengasilkan generasi yang beriman dan berbudaya sebagaimana orang Yahudi sampai hari ini senantiasa menceritakan peristiwa penyelamatan TUHAN atas diri mereka.  Mari kita berdoa untuk semua orang tua agar mereka selalu berusaha menyemai nilai-nilai Kristiani kepada anak-anak mereka. Semoga mereka tidak hanya memperhatikan intelektual anak-anak mereka tetapi juga memperhatikan pembinaan rohani terutama menuliskan hukum Tuhan dalam hati mereka masing-masing.  Juga kita berdoa kepada anak-anak yang terlantar akibat perpecahan dalam keluarga semoga Tuhan membuka hati mereka untuk merajut menyusun kembali fondasi rumah tangga yang hancur. Kita berdoa kepada orang tua yang selalu sibuk dengan bisnis sehingga lupa memperhatikan anak-anaknya. Semoga mereka berusaha leluangkan waktu untuk bermain bersama anak-anak mereka, bercerita tentang Yesus kepada anak-anak mereka.  Dan Semoga....semoga, yang lain.




0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites