Add caption |
Ini adalah sebuah buku kenangan sebagai hadiah kepada sang Yubilaris.
Buku ini ditulis oleh beberapa penulis terkenal temasuk Dr. Paul Budi Kleden,
SVD, P. Hendrik Dori Wuwur, SVD dan P.
Bernardus Boli Ujan, SVD dan sebagai editor adalah P. Steph Tupeng
Witin, SVD ( redaktur pelaksana Harian Umum Flores Pos). Buku ini menjadi
bermutu bukan hanya kerena ditulis beberapa penulis terkenal tetapi juga
menarik karena Pertama, Pater Alex Beding,
SVD adalah imam pertama di Lembata. Ia berasal dari Paroki Lamalera, paroki
tertua di Lembata. Tahun 2011 yang lalu,
Paroki Lamalera merayakan 125 tahun. Paroki Lamalera telah menjadi lahan
subur persemaian bibit unggul para calon
imam, Bruder dan suster. Kini tercatat 37 imam termasuk saya dan 133 biarawan
biarawati. Kedua, bahwa jarang orang merayakan perayaan intan dalam kehidupan imamatnya. Ketiga,
secara pribadi bangga karena Pater Alex sebagai putra sulung terbaik telah berjalan di depan kami,
beliau menjadi cahaya sehingga kami yang berjalan di belakang melihat cahaya
itu. Setiap kali saya ke Lamalera selalu
menyempatkan diri ke rumah pater Alex. Di diding rumah sepi itu terpapang
foto-foto tua seluruh keluarga. Ada juga Sr. Bene, Ssps, suster nene yang telah
membuat Kasula saya ketika saya ditahbiskan menjadi imam Pasionis di Malang. Rumah itu sepi tetapi tetap menyimpan aroma
kesucian sehingga dalam benak saya rumah ini layak dijadikan rumah doa.
Buku ini diberi judul “BERSYUKUR
DAN BERHARAP” sesuai dengan semangat
sang Yubilaris “In Verbo Tuo”. Keluarga
Besar SVD juga pantas bersyukur dan Berharap kepada Tuhan atas anugerah besar
yang telah diturunkanNya melalui pater Alex.
Dengan membaca keseluruhan buku ini, tidak semata-mata ungkapan syukur
dan dan pengharapan melainkan sebuah cambuk buat imam-imam muda termasuk saya.
11. Inilah identitas kita sebagai
orang Lamalera, di sini kita Lahir dan bertumbuh. Kita hidup di antara
bebatuan
tetapi benih itu tidak jatuh di atas batu melainkan di antara cel-cela batu.
Betapa sulitnya
bertumbuh dan berkembang seolah-olah alam begitu kikir dengan
kehidupan umat Paroki Lamalera seperti yang gambarkan oleh pater Steph Tupeng
Witin. Identitas kita adalah sebuah
pilihan dasar senantiasa dihidupi para imam. Ketika berhadapan dengan arus
globalisasi termasuk gaya hidup konsumerisme, hedonisme, sekularisme, pater
Alex mengingatkan bahwa identitas kita sebagai pilihan dasar untuk hidup
bersahaja adalah sebuah cambuk untuk mendidik para imam muda agar tidak jatuh
dalam gaya hidup di atas.
22. P. Alex Beding, SVD menjadi “Alter Christus”, Kristus yang lain. Ini diuraikan
pater Hendrik Dori Wuwur, SVD. Menjadi alter Christus harus ditunjukkan dalam
kehidupan keseharian seorang imam. Bahwa Imam juga harus setia berlutut di altar,
menjalin relasi yang intim dengan Tuhan melalui doa-doa. Imam adalah seorang
pendoa. Uraian ini menjadi sebuah cambuk bagi seorang imam yang menghabiskan
waktunya di jalan. P. Bernadus Boli Ujan, SVD mengingatkan kita bahwa Liturgi
Gereja dan liturgi kehidupan menjadi penting. Keduanya berjalan bersama-sama. Terkadang
memilih salah satu maka kita akan jatuh ke dalam seorang imam kultus dan lupa
dengan hiruk pikuk kehidupan di sekitar dan sebaliknya imam bersemangat di
lapangan akan lupa bahwa dia adalah Alter Christus.
33. Pater Ignas L. Kobun, SVD melihat perkembangan panggilan
zaman sekarang di Lembata akhir-akhir ini semakin menurun. Tulisan Pater Ignas
sangat menyentuh umat Lembata agar perlu keteladanan dalam keluarga sebagai seminari
dasar untuk menambah jumlah panggilan imamat. Umat Lembata perlu berdoa untuk
panggilan suci ini.
44. Pater Dr. Paul Budi Kleden, SVD lebih menekankan ciri karya misi
SVD sesuai maksud sang Pendiri St. Arnoldus. Karya Misi ini telah dikerjakan
dengan baik oleh Pater Alex. Estafet karya misi SVD dalam bidang publikasi
berjalan dengan sempurna di tanah Flores sampai sekarang.
55. Pater Otto Gusti, SVD menulis dari
sisi Keterlibatan sosial bahwa seorang imam harus Compassio dengan umat
sekitar. Kita tahu bahwa masyarakat Lembata sejak dulu hidup menderita. Sulit
memang menguraikan Teodisea yakni kebaikan Allah dalam hubungannya dengan
penderitaan. Akan tetapi Kristus sebagai
Allah, datang dan Compassio dengan
manusia di bumi ini menjadi tolak ukur bahwa Allah kita juga menderita dan
mati.
66. Akhirnya Pater Alex sendiri
menabuh dua gendang kemelut di Lembata yaitu
Pemerintah melawan Rakyat seputar rencana pertambangan emas dan
Pembunuhan bapak Yohakim Langoday. Tulisan pater Alex menyentuh hati setiap
orang di kemudian hari. Para klerus Lembata bahkan bapak uskup Larantuka mungkin tersentak membaca buku ini.
Ini adalah sebuah cambuk keras buat para klerus. Buku ini ditutup dengan uraian
perjuangan JPIC SVD oleh Pater Eman J.
Embu, SVD sekitar alasan penolakan tambang di Lembata.
Buku “BERSYUKUR DAN BERHARAP” kenangan 60 Tahun
Imamat P. Alex Beding, SVD penting dibaca siapun khususnya para imam.
Terimakasih kepada pater Alex. Tuhan memberi banyak dan banyak juga pater kembalikan
kepada Tuhan. Juga saya berterimakasih kepada Kongregasi SVD yang
telah bekerja tanpa lelah di Tanah Lembata, menaburkan benih panggilan karena
saya juga dididik oleh pater2 SVD. Meskipun kita berbeda Kongregasi tetapi kita
semua adalah anak tanah yang sama yaitu anak tanah Lembata wajib bersyukur atas perayaan 60
tahun pater Alex.
P. Patrisius Dua Witin, CP
1 komentar:
tulisan yg sangat menggugah, di tengah2 krisis imam yg seolah tengah mengancam keberlanjutan gereja kita,dgn membaca buku ini, semoga makin banyak benih2 panggilan yg tumbuh subur di tengah kaum muda kita, salam & doa.
Post a Comment