KEJADIAN 18:1-15
TEMA MINGGU PERTAMA BULAN KITAB SUCI NASIOANAL 2014
‘KELUARGA SEBAGAI TEMPAT KEHADIRAN ALLAH”
Oleh: P. Patrisius Dua Witin, CP
A. Mengenal Teks Sesuai dengan
Konteks
Abraham kita kenal sebagai bapa orang beriman dan bapak dari semua
bangsa. Bapa semua bangsa meliputi semua bangsa di bumi tanpa memandang agama
manapun. Ini dapat dilihat dalam
genealogi keturunan Abraham di bawah ini.
Dalam teks ini nampaknya Abraham dan istrinya
sedang dalam keadaan putus harapan, kecewa dengan TUHAN karena janji tentang
keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di pantai laut tak kunjung tiba,
sementara mereka semakin tua. Keduanya
mengasingkan diri di Hebron[3]
dekat pohon Tarbantin di Mamre (Ayat.1).
Menurut tradisi, ini adalah pohon Kramat
yang ada di Mamre. [4]
Ketika Abraham sedang duduk santai di pintu
kemahnya, tiba-tiba ada tamu asing, orang yang tak dikenal berdiri di depannya,
(ayat 2). Alkitab tidak mencatat dari arah manakah
mereka datang. Tiga orang yang tak
dikenal itu tiba-tiba menampakan dirinya di depan Abraham. Abrahan lari
menyongsong para tamu itu dan bersujud di hadapan mereka (ayat 2). Penyambutan
seperti ini adalah hal yang luar biasa dalam tradisi orang Timur. Sama hal dalam tradisi orang Ataili, kita tak pernah menyambut
tamu dengan bersembah sujud melainkan hanya jabat tangan sambil menanyakan nama dan asal. Tindakan
Abraham dengan bersembah sujud dapat dipastikan bahwa salah seorang tamu tersebut
adalah Yahweh (TUHAN) bersama dengan dua orang Malaikat. Catatan kepastian ini di tulis oleh penulis
Kitab Kejadian pada keterangan awal (ayat
1) dan akhir dari teks ini (ayat
13-15). Abraham sepertinya telah mengetahui bahwa tiga orang tamu tersebut
salah satu di antaranya adalah Tuhan.
Abraham mengira bahwa tamu tersebut kebetulan lewat di situ dan mau singgah di kemahnya.
Lagi-lagi sikap Abraham di luar dugaan kita yaitu menahan ketiga tamunya itu untuk
bersabar, menyuru mereka istirahat di bawah pohon sementara ia menyiapkan
makanan (roti) dan minumanyang akan dihidangkan kepada tamunya agar segar
kembali sebelum meneruskan perjalanan mereka. (ayat 3-5).
Penulis teks ini mencatat dengan jelas ukuran
seberapa banyak tepung yang yang ditawarkan Abraham kepada istrinya untuk membuat roti yaitu sebanyak 3 sukat
tepung yang terbaik. Kemudian istrinya harus membuat roti bundar (ayat 6). Satu
sukat sama dengan 7.1 liter. Tepung sebanyak itu menghasilkan roti yang sangat
banyak. Selain itu Abraham mengorbankan lembu muda yang empuk dagingnya untuk
para tamu tersebut. Sajian lembu muda yang empuk hanya bisa diberikan kepada
tamu-tamu istimewah.
Kunjungan tiga orang tamu Abraham sesungguhnya
adalah TUHAN datang memperkuat janjiNya tentang keturunan Abraham dan Sara.
Kabar gembira itu di sambut Sara dengan
tertawa sinis karena memang ia sudah mati haid dan itu adalah mustahil. TUHAN
memperkuat janjiNya bahwa bagi TUHAN tidak
ada yang mustahil. Ia akan kembali dan menemukan Sara telah menggendong anaknya.
A. Tafsir
Beberapa penafsir tradisional mengatakan bahwa
Kejadian 18:1-15 pada intinya bukan Kunjungan TUHAN untuk menyampaikan janjiNya
secara manusiawi melainkan menekankan “keramahan Abraham” (cf. Ambrose,
Augustine, Brueggemann 1997:166; Calvin 1992:468; Exell 1900:5; Gunkel
1997:193; Hamilton 1995b:9; Hartley 2000:177; Oden 2002:62–64; Ross 1988:338;
Simpson 1978:616–617; Wenham 1994:45). Kunjungan TUHAN ke kemah Abraham untuk
menguji keramahannya (lih Gunkel 1997: 193) bdk juga (lih Wenham 1994: 45).
Keramahan Abraham di tandai dengan sikap sembah sujud dan menyuguhkan hidangan
terlesat kepada tamunya. Ini mau menggambarkan seorang Abraham yang sangat
ramah akan tamu asing. Ujian keramahan
Abraham mengandaikan bahwa sebelumnya Abraham belum mengetahui bahwa salah
seorang Tamu itu adalah Tuhan.
Narasi dalam Kejadian 18:1-15 tidak biasanya karena yang datang adalah tiga
orang TUHAN. Gambaran tiga orang tak biasanya dalam teks Kitab suci. Khas
kitab adalah Takut akan Tuhan dan bukan berbicara dari muka ke muka seperti
dalam teks ini. Beberapa pendapat bahwa kunjungan tiga orang tamu Abraham
dipengaruhi oleh mitologi Yunani.
Simpson dan Westermann dalam studi kritk
literernya. (lih Simpson 1978: 137;
Westermann 1985: 274). membanta bahwa
kunjungan itu tidak ada unsur tes keramahan Abraham dari TUHAN. Justru TUHAN datang untuk memperkuat janjiNya
kepada Abraham dan Sara Istrinya. Kabar
gembira yang disampaikan TUHAN bahwa keduanya akan memperoleh keturunan
meskipun mereka sudah tua. Bagi TUHAN tak ada yang mustahil.
B. Refleksi
di zaman edan dan Tradisi Orang Dayak
` Pernahkah keluarga anda dikunjungi tamu asing, orang
yang tak dikenal? Apa yang anda bayangkan dengan tamu tersebut? Kebanyakan
orang akan bertanya dalam hatinya, Apakah tamu ini baik atau orang jahat. Apakah saya menerima dia atau saya tolak.
Abraham adalah bapak orang beriman memberi
teladan yakni tak punya prasangka
buruk terhadap tamunya. Ia malahan bersembah sujud pada tamunya. Ini merupakan
sebuah tindakan Abraham di luar kebiasaan. Bagi kita, mungkin hanya pergi dan berjabat tangan dengan orang asing
itu sambil menanyakan nama dan alamatnya. Kata orang, sikap basa basi ja.
Dalam tradisi leluhur orang Dayak, tamu sesungguhnya orang
yang dihormati dan dilayani dengan baik. Tuan rumah biasanya menghidangkan
makanan tidak seperti biasanya. Manuk kesayangannyapun
dipotongnya hanya karena menghargai tamu
tersebut. Tamu sesungguhnya
membawa rejeki kepada keluarga karena
itu dia berani mengorbankan sesuatu yang terbaik.
Dalam istila orang Dayak, “pongan sosatpun diumpan, apalagi manusia”.
Ini menggambarkan bahwa betapa tinggi nilai kemanusian dibandingkan dengan
binatang.
Tamu sesungguhnya
adalah Tuhan dalam bentuk yang lain.
Yesus berkata apabila kamu menerima seseorang bahkan yang paling hina
sekalipun kamu telah menyambut Aku. Kunjungan Tuhan kepada Abraham bukan
ujian/tes keramahan Abraham melainkan Kasih Tuhan yang sudi datang mengunjungi
AnakNya. Tuhan tidak datang minta makan dan minum. Tamu tidak datang dan minta
makan dan minum melainkan bagaimana sikap kita yang baik terhadap tamu, sekalipun
dia adalah orang asing. Tamu yang baik
membawah kabar yang baik. Tamu yang baik membawah sesuatu yang baru dalam hidup
kita apabila dengan tangan dan hati
terbuka untuk menerimanya. Abraham telah
memperoleh kabar sukacita itu yakni setahun kemudian Tuhan akan datang kembali
dan melihat Sara istri Abraham yang tua bangka itu menggendong anaknya. Sebuah mujizat. Bagi Tuhan tak ada yang
mustahil.
Tamu akan senang jika
semua anggota keluarga kompak menerimanya. Sara membuat roti, Abraham melayani,
bujangnya mengolah dan memasak anak lembu yang empuk. Sebuah kerjasama yang
baik ketika tamu asing hadir di tengah keluarganya. Pernahkah Tuhan hadir dalam keluarga anda
lewat seorang tamu. Bagaimanakah sikap anda sekeluarga?
[1] Sebagian
suku Arab Islam adalah keturunan Esau anak Abraham dari pembantunya Hagar. Juga
sebagian dari anak-anak Keturah, istri Abraham yang ketiga.
[2] TUHAN,
dalam Perjanjian Lama ditulis dengan huruf besar semuanyayang berarti Yahweh,
allah nenek moyang Abraham, Ishak dan Yakob.
[3] Hebron,
sekarang menjadi wilayah orang Palestina. Justru di Hebron bterdapat banyak
orang Katolik. Jadi Perang antara Palestina dan Israel bukan karena perang
agama melainkan ada kepentingan lain misalnya soal perbatasan wilayah.
[4] Di
sini juga terdapat juga makam para leluhur Ambraham di gua Makhapela. Para
leluhur dikuburkan dekat tempat kramat dan suci (KJV)
0 komentar:
Post a Comment