MINGGU II: BULAN
KITAB SUCI NASIONAL (BKSN)
TEMA: IBADAH KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH IMAN
BACAAN UTAMA, KELUARAN 6:20-25
Oleh: P.
Patrisius Dua Witin, CP
A. Mengenal Teks Sesuai dengan Konteks
Keluaran, 6:20-25 merupakan
sebagian dari kumpulan kotbah, wejangan Musa kepada orang Israel sebelum beliau
meninggal dunia. Mungkin saja kotbahnya ini merupakan pesan terakhir kepada
umat Israel. Kotbah Musa terutama
ditujukan kepada orang tua sebagai orang yang layak menjadi guru dalam keluarga. Orang
tua harus tahu menjawab pertanyaan anak
di kemudian hari (bdk, Kel, 6:20-21).
Oleh Karena itu, orang tua harus tahu sejarah perjalanan nenek moyang mereka
ketika diselamatkan oleh TUHAN.
Apa sesungguhnya isi pesan
Musa yang paling mendasar? Kita coba menengok sedikit ke belakang terutama
Keluaran Bab 5. Di sana bab ini berisikan kesepuluh Perintah Allah. Dekalog
merupakan produk negosiasi Tuhan dengan Musa di atas gunung Sinai dalam 2 loh
batu merupakan warisan hukum sakral sampai hari ini. Selanjutnya pada Keluaran
Bab 6 di sana terdapat Hukum kasih menjadi perintah yang paling utama dari
hukun dekalog adalah Kasihilah TUHAN Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap
kekuatanmu (Kel, 6:5). Kemudian hari
perintah yang sama di genapi oleh Yesus dalam kotbahNya di Bukit yakni tidak
hanya Tuhan melainkan juga mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri.
Dekalog tidak direvisi melainkan menggenapinya sehingga menjadi lebih sempurna (bdk. Mat, 5:17-48). Perintah Agung Tuhan ini hendaknya
disampaikan kepada anak ketika sedang duduk
di rumah, apabila dalam perjalanan, apabila sedang berbaring, dan
apabila engkau sedang bangun (bdk. Kel,
6:7). Ini mau menunjukan bahwa
betapa penting perintahnya sehingga perlu disampaikan kepada anak-anak tanpa
membedakan ruang dan waktu.
Ayat 22-23 Nasihat agar orang Israel senantiasa
mengingat akan karya ajaib yang teah
dilakukan oleh TUHAN kepada nenek moyang mereka selama perjalanan mereka menuju
tanah terjanji. Perjalanan keluar dari perbudakan di Mesir menuju tanah Kanaan
(tanah yang dijanjikan TUHAN) merupakan peristiwa sejarah yang tak pernah
dilupakan. Paskah Yahudi (sampai hari ini) masih dilaksanakan dalam keluarga.
Sebelum makan paska Yahudi, bapak keluarga wajib menceritakan kembali kisah
perbudakan di Mesir kepada semua anggota Keluarga. Bapa Keluarga adalah guru
dalam mengajarkan kebaikan TUHAN dalam peristiwa hidup mereka.
Ayat 24-25 seperti satu
kesimpulan sebagai peneguhan bahwa orang melaksanakan perintah TUHAN menjadi
oyang yang baik dan benar di hadapan TUHAN. Takut akan Tuhan menandakan bahwa
mereka adalah orang beriman.
B. Tafsir
Tujuan utama teks Keluaran
6:20-25 untuk melanggengkan perintah Agung TUHAN kepada semua generasi Israel.
Jadi bukan hanya generasi orang Israel pada saat itu melainkan secara turun
temurun sampai selamanya (Wycliffe: Kyle M. Yates, Sr. TH.D., Ph.D.; Philip C.
Johnson, Th.D.; dll) Hukum Allah
mengandung berkat yang begitu indah datang dari TUHAN. Dengan demikian
orang akan memproleh jalan yang benar di hadapan Allah. Jadi stressingnya ada
pada prilaku yang benar di hadapan Allah dengan mentaati hukun agunTuhan ( Harrison-David Cox, Bible Commentary). Kebijaksanaan Allah terhadap orang Israel
begantung pada ketaatan mereka pada perjanjian Sinai. Dekalog merupakan harta
karun dalam perjian TUHAN dengan umatNya (NIV:
New International Version).
Barangkali tiga hal
pokok ini kita timba sebagai bahan pokok
permenungan kita yaitu:
1.
Usaha Untuk melanggengkan perintah Agung Tuhan secara turun
temurun.
2.
Prilaku yang benar di hadapan Tuhan dengan
melaksanakan perintah Agung untuk memperoleh berkat dan kemuliaan.
3.
Pemulihan hubungan dengan TUHAN hanya bisa
dilaksanakan dengan melakukan perintah agung TUHAN sebagai harta karun.
C. Refleksi Teologis
Orang tua adalah guru pertama, memperkenalkan
hukum Cinta Kasih Tuhan kepada anak-anaknya. Orang tua bertugas untuk
memperkenalkan kebaikan Tuhan dalam
Alkitab. Ini merupakan konsekwensi perjanjian ketika menerima Sakramen
Perkawinan yakni bersedia menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak yang
dipercayakan Tuhan kepada merek. Mereka berjanji untuk bersedia mendidik
anak-anak mereka sesuai dengan ajran Katolik.
Tanggung jawab moral ada pada orang tua ketika mereka lalai menjalankan
tugas yang diberikan Tuhan kepada mereka. Orang tua tidak memerlukan kurikulum
untuk mendidik anak-anak secara Katolik. Mereka adalah panutan/ teladan bagi
anak-anak mereka. Orang tua tidak perlu memerintahkan anak-anaknya pergi ke gereja
pada Hari Minggu melainkan mengajak anak-anak ke gereja pada hari Minggu
bersama-sama.
Dunia sekular telah
dan sedang menggerogoti manusia zaman ini yang di tandai dengan berkembangnya
ilmu dan teknologi. Hal ini membuat manusia lupa akan dirinya sebagai makhluk
Tuhan. Oleh karena itu, pendidikan karakter anak akan memiliki nilai jual yang
sangat penting di abad ini. Nilai-nilai Kristiani senantiasa di semaikan dalam
diri anak-anak agar tumbuh dan berkembang
agar menjadi manusia masa depan yang baik.
Orang yang mentaati
Firman Tuhan dan melaksanakan nilai-nilai Kristiani akan memperoleh berkat dari
Tuhan. Mereka tidak akan kehilangan
harta karun yang datang dari Tuhan. Masih ada waktu untuk memulihkan hubungan kita
dengan Tuhan jika kita melupakan bahkan melanggar perintah agung Tuhan. Jangan takut karena Cinta Kasih Tuhan jauh
melampaui kesalahan manusia.
D. Refleksi dalam Konteks
Tradisi Dayak Kalbar
Aturan hukum apapun bentuknya adalah baik
untuk mengatur prilaku, moral hidup manusia. Orang Dayak Kalbar memiliki hukum
adat yang diakui oleh pemerintah. Oleh karena itu, mereka memiliki struktur
dewan adat dari propinsi sampai ke daerah untuk melanggengkan aturan hukum adat
dayak Kalbar. Ada istilah adat dayak di Sanggau “mudip beradat Kenasih Tompa”.
Artinya orang melaksanakan adat dengan baik akan dikasih Tuhan (Tompa), diberi rejeki dari Tuhan (Tompa).
Warisan hukum ini senantiasa diceritakan oleh
orang tua secara turun temurun. Aturan hukum adat tidak hanya untuk dipakai
untuk menjatukan hukum kepada siapapun yang besalah. Yang lebih penting dari
itu adalah tradisi sastra lisan dalam hubungan dengan kehidupan bersama. Salah
satu contoh yang mungkin dapat mempejelas hal ini adalah pesan orang tua kepada
anak di daerah Randau, kabupaten Ketapang. “Tula
manuk busung kompus”, artinya anak yang tidak menghormati orang tuanya akan
kena tulah, tidak mendapat berkat
meiankan penderitaan yang diterimanya dalam hidup. “Tula
manuk busung kompus” parlel dengan perintah Allah keempat dalam dekalog,
“hormatilah ibu bapamu”. Pesan-pesan dalam sastra lisan seperti ini seharusnya
diceritakan oleh orang tua secara turun temurun. Siapakah lagi yang akan
menjadi guru dalam keluarga kalau bukan orang tua. Peran orang sangat penting untuk melanggengkan tradisi
lisan.
E. Refleksi dalam Tradisi orang Lamaholot
Orang Lamaholot punya tradisi “tutu mari usu asa, tutu koda, koda knalan”.
Tradisi menceritakan kembali asal usul kepada semua generasi agar mereka tahu
sejarah asal usul nenek moyang mereka. Ini merupakan kewajiban orang tua untuk
menceritakannya kepada anak cucu. Warisan tradisi ini dipertahankan sampai hari
ini. Asal usul perjuangan demi perjuangan dalam bermigrasi dari satu tempat ke
tempat yang lain. Orang Lamaholot memiliki sejarah ini meskipun tidak diceritakan
tentang keselamatan yang peroleh lewat tangan Tuhan. Mereka tidak mungkin
selamat melalui laut merah tetapi bahwa mereka termasuk orang yang selamat
melewati lautan luas dari pulau Seram menuju Lembata. Peristiwa ini mungkin
lebih heroik ketimbang peristiwa laut merah. Leluhur orang Lembata tidak
mengalami manna dan burung puyu dari surga seperti pengalaman orang Israel
tetapi mereka selamat dalam bermigrasi adalah sebuah keajiban.
Budaya tutu mari usu asa, koda knalan hampir
punah. Contohnya bahwa tukan oreng dalam atian sole oa dan dolo-dolo hampir
tidak ditemukan lagi. Masyarakat modern akan memakai dolo modern untuk menari sole oa an dolo-dolo. Menarik bahwa
syair-syair koda knalan masih dipakai
dlam lagu dolo-dolo modern.
Baik orang Dayak
maupun orang Lamaholot memiliki tradisi ini. Orang tua punya peran penting
untuk menanamkan nilai nilai budaya dan nilai-nilai Kristiani kepada anak-anak.
Tugas ini penting dan mulia karena akan mengasilkan generasi yang beriman dan
berbudaya sebagaimana orang Yahudi sampai hari ini senantiasa menceritakan
peristiwa penyelamatan TUHAN atas diri mereka.
Mari kita berdoa untuk semua orang tua agar mereka selalu berusaha
menyemai nilai-nilai Kristiani kepada anak-anak mereka. Semoga mereka tidak
hanya memperhatikan intelektual anak-anak mereka tetapi juga memperhatikan
pembinaan rohani terutama menuliskan hukum Tuhan dalam hati mereka
masing-masing. Juga kita berdoa kepada
anak-anak yang terlantar akibat perpecahan dalam keluarga semoga Tuhan membuka
hati mereka untuk merajut menyusun kembali fondasi rumah tangga yang hancur.
Kita berdoa kepada orang tua yang selalu sibuk dengan bisnis sehingga lupa
memperhatikan anak-anaknya. Semoga mereka berusaha leluangkan waktu untuk
bermain bersama anak-anak mereka, bercerita tentang Yesus kepada anak-anak
mereka. Dan Semoga....semoga, yang lain.